tekhnologi informatika
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
Pembelajaran di Provinsi Sulawesi Tenggara
(Studi tentang Persepsi terhadap TIK bagi Guru SMPN se Kota Kendari dan se Kabupaten Kolaka)1
Muhammad Anas2 , Mursidin T.3 dan Firdaus4
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian bidang teknologi pembelajaran terhadap
Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri se Sulawesi Tenggara yang
diwakili oleh Kota Kendari sebagai ibukota dan Kabupaten Kolaka
mewakili daerah. Subyek penelitian adalah sarana dan prasarana
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), guru SMPN. Penelitian ini
diarahkan untuk; 1) memperoleh gambaran tentang kesiapan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Sulawesi Tenggara dalam pembelajaran berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan 2) Mendeskripsikan
persepsi guru SMP terhadap pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di
sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan
menggunakan 3 (tiga) instrumen yang meliputi Alat Ungkap Sarana dan
Prasarana TIK di sekolah serta Angket Persepsi terhadap TIK bagi Guru.
Angket persepsi terhadap TIK bagi Guru terdiri dari 35 item. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 11 SMPN atau 64,71% dari 17 SMPN se Kota
Kendari yang telah memiliki laboratorium Komputer dan 11 SMPN atau
39,29% dari 28 SMPN se Kabupaten Kolaka yang memiliki laboratorium.
Berdasarkan data penelitian untuk skor persepsi terhadap TIK bagi guru
SMP negeri Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka dengan rentang teorertis 0
– 140 diperoleh skor empiris 59 – 140. Disitribusi ini memberikan skor
rata-rata 107,47, simpangan baku 11,44 dan median (Me) 107 serta modus
(Mo) 104. Dengan nilai tengah teoretis 70, maka guru dengan persepsi
positif sebesar 99,78% dari 464 responden. Berdasarkan simpulan di atas
direkomendasikan pembangunan laboratorium komputer dan pengadaan
komputer berbasis jaringan dan internet bagi SMPN khususnya di luar
Kota Kendari yang belum memiliki laboratorium computer dengan
mempertimbangkan rasio dan jumlah siswa. Perlu adanya pelatihan bagi
guru- guru tentang pemanfaatan TIK dalam pembelajaran secara berkala.
Disamping itu dalam pengembangan media pembelajaran berbasis TIK perlu
adanya insentif bagi guru-guru.
Kata Kunci : Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), media
pembelajaran, Persepsi, Guru SMPN, laboratorium komputer, internet
1 Bagian dari Hasil Penelitian Kebijakan Balitbang Depdiknas Tahun 2006
2 Dosen Pendidikan MIPA FKIP Universitas Haluoleo Kendari
3 Dosen Pendidikan IPS FKIP Universitas Haluoleo Kendari
4 Dosen Fisika FMIPA/Kepala UPT PUSTIK Universitas Haluoleo Kendari
Simposium Pendidikan 2008 1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi terutama teknologi komunikasi dan teknologi
informasi (ICT), yang telah memperngaruhi sluruh aspek kehidupan tak
terkeculai pendidikan, sesungguhnya bias dimanfaatkan untuk memberikan
dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam system pendidikan.
Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasik TI baik yang
bersifat off-line maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan
masukan bagi pihak-pihak yang berminat.
Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK), dalam jangka waktu yang
relatif singkat, berkembang dengan sangat pesat. Pengguna Internet di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat
signifikan. Berdasarkan data perkiraan APJII (Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia) sampai dengan akhir tahun
2005 pengguna internet indonesia mencapai 16 juta pengguna, naik hampir
50 % dibandingkan dengan data pengguna internet tahun 2004 yang
mencapai 11 juta pengguna (www.wahanakom.com).
Dalam kebijakan nasional, TIK menjadi kunci dalam 2 hal yaitu (1)
effisiensi proses, dan (2) memenangkan kompetisi. Demikian juga dengan
lembaga pendidikan (sekolah). Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era
globalisasi yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua
tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita. Hal ini
menyebabkan sekolah dituntut untuk mampu menghasilkan SDM-SDM unggul
yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini. Peningkatan kualitas
dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mudah, yakni dengan memanfaatkan
internet sebagai lahan untuk mengakses ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan TIK sebagai pendekatan
dalam proses pembelajaran pada Lembaga Pendidikan (Sekolah).
Dinas Pendidikan Nasional sebagai induk dari sekolah, memiliki beberapa
program yang berguna bagi peningkatan kualitas siswa dan sekolah dengan
memanfaatkan TIK, misalnya Jaringan Informasi sekolah (www.jis.or.id),
portal bahan belajar dan jaringan komunikasi sekolah (www.edukasi.net),
media sharing ilmu pengetahuan (Open Knowledge & Education,
www.oke.or.id).
Simposium Pendidikan 2008 2
Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa TIK sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran pada lembaga pendidikan (Sekolah), namun beberapa
sekolah di Propinsi Sulawesi Tenggara belum siap melaksanakan
pembelajaran TIK. Hal ini terungkap pada sosialisasi Undang-Undang No.
19 Tahun 2005, tentang Standarisasi Pendidikan Nasional di LPMP
(Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) Kendari, pada akhir tahun 2005,
beberapa kepala sekolah dan guru mempertanyakan tentang mata pelajaran
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Mata pelajaran ini dianggap
sulit diajarkan karena sebagian besar guru belum memiliki kemampuan
yang memadai untuk mengajarkan mata pelajaran TIK tersebut, beragamnya
persepsi dan sikap guru tentang TIK. Di samping itu beberapa sekolah
belum dilengkapi komputer yang dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran guna menunjang peningkatan mutu pendidikan.
Kemampuan dan pemahaman guru terhadap TIK dipengaruhi antara lain oleh
persepsi. Presepsi guru sebagai hasil proses mental menghasilkan
bayangan sehingga ia dapat mengenal obyek dengan jalan asosisiasi pada
suatu ingatan lebih lama. Proses mental yang dikembangkan merupakan hal
posisitif sehingga guru menyadari keberadaan dan fungsinya sebagai
pentransfer nilai, ide dan konsep kepada siswanya.
Dalam rangka sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi yang digulirkan
mulai tahun 2004/2005, maka TIK merupakan suatu matapelajaran
tersendiri yang seharusnya diajarkan sejak Kelas VII pada sekolah
lanjutan tingkat pertama (SMP). Namun dengan segala keterbatasan yang
ada yang meliputi fasilitas komputer dan guru matapelajaran, maka
setiap sekolah membuat kebijakan sendiri dalam pelaksanaan pembelajaran
TIK ini, ada sekolah yang hanya menawarkan matapelakaran ini di Kelas
VII, ada nanti di Kelas VIII, bahkan ada yang tidak sama sekali
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas tentang pentingnya TIK dalam upaya
peningkatan mutu di sekolah, maka masalah yang dikaji dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana kesiapan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sulawesi
Tenggara dalam pembelajaran berbasis TIK?
b. Bagaimana persepsi guru SMP terhadap pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran?
3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Memperoleh gambaran tentang kesiapan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di
Sulawesi Tenggara dalam pembelajaran berbasis TIK
b. Mendeskripsikan persepsi guru SMP terhadap pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran di sekolah
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah, sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pelaksanaan pembelajaran
berbasis TIK guna meningkatkan mutu pendidikan di Sulawesi Tenggara
pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
4. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ada 2 (dua) hal yang akan dikaji yaitu: (1)
kesiapan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sulawesi Tenggara dalam hal
pembelajaran berbasis TIK, dan (2) persepsi guru SMP terhadap
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Kedua hal ini diperoleh melalui
data survei yang akan dilakukan di sekolah-sekolah SMP Kabupaten Kolaka
dan Kota Kendari sebagai representasi sekolah-sekolah SMP Propinsi
Sulawesi Tenggara.
Pengkajian tentang kesiapan SMP dalam hal pembelajaran berbasis TIK,
meliputi ketersediaan sarana penunjang pembelajaran TIK seperti :
Ketersediaan komputer, jaringan
telepon, dan guru yang memiliki kemampuan TIK. Sedangkan Pengkajian
tentang persepsi guru meliputi pandangan atau tanggapan guru dan siswa
terhadap TIK .
B. KAJIAN TEORI
1. Persepsi
Persepsi merupakan tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan.
Dalam KBBI (1990), disebut sebagai suatu proses seseorang dalam
mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Dalam tanggapannya,
seseorang tidak harus melihat hal atau bendanya secara konkret.
Tanggapan secara
Simposium Pendidikan 2008 4
abstrak pun, yang ditandai dengan : (a) bendanya tidak ada; (b) hanya
berupa bayangan;. (c) tidak tergantung waktu dan tempat; dan (d)
bersifat imaginer juga merupakan ciri persepsi (Dakir, 1993). Dengan
demikian persepsi seseorang bisa dilakukan dengan cara langsung dan
tidak langsung.
Persepsi merupakan suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan
orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari
lingkungannya (Fleming & Levie, 1981). Proses tersebut berawal dari
komponen kognisi (Mann, 1969) sehingga persepsi dianggap sebagai
tingkat awal struktur kognitif seseorang. Melalui komponen kognisi akan
dihasilkan ide, kemudian konsep, dan pemahaman mengenai apa yang
dilihat. Dengan demikian persepsi seseorang pada obyek psikologik yakni
berupa kejadian, ide atau situasi tertentu akan menghasilkan tanggapan
yang berupa gambaran atau semacam bekas yang tinggal dalam ingatan
(Sardiman, 1992) . Gambaran yang diperoleh itu selalu terkenang dan
membekas sehingga mempengaruhi perilakunya. Dalam dunia pendidikan
tanggapan yang akan diperoieh subyek didik diarahkan pada tujuan yang
telah ditetapkan.
Pengamatan manusia pada suatu obyek psikologik diwarnai nilai
kepribadiannya. Dengan perkataan lain, persepsi seseorang dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Menurut Dakir (1993), faktor-faktor itu
dikelompokkan menjadi faktor intern meliputi alat indera sehat dan
perhatian, serta faktor ekstern yang meliputi rangsang jelas dan waktu
cukup. Dalam istilah lain faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
meliputi faktor ciri-ciri khas dari obyek stimulus, faktor- faktor
pribadi, faktor pengaruh kelompok dan faktor perbedaan latar belakang
kultural (Sadli,1977). Dalam pada itu pengalaman, proses betajar,
cakrawala, dan pengetahuan juga mempengaruhi persepsi. Menurut Mar'at
(1984), faktor pengalaman dan faktor proses belajar atau sosialisasi
mempengaruhi persepsi karena akan memberikan bentuk dan struktur
terhadap apa yang dilihat. Faktor pengetahuan dan faktor cakrawala akan
memberikan arti pada obyek psikologik.
Persepsi seseorang diwarnai oleh komponen afeksi yakni suatu komponen
yang memberikan evaluasi emosional berupa senang atau tidak senang
terhadap suatu obyek. Persepsi seseorang juga diwarnai oleh komponen
konasi
Simposium Pendidikan 2008 5
yakni kecenderungan bertingkah Iaku, yang menentukan kesediaan jawaban
berupa tindakan terhadap obyek. Komponen konasi berperan sebagai
keseimbangan. Apabila obyek yang dilihat sesuai dengan penghayatan,
yakni unsur nilai dan norma dirinya dapat menerima secara rasional dan
emosional maka individu akan menerima. Sebaliknya, apabila situasi
keseimbangan tidak tercapai maka individu menolak dan reaksi yang
timbul adalah sikap apatiis, menentang, bahkan memberontak.
Kajian persepsi di depan sejalan dengan pendapat dari Bell (Sumardjoko,
1995), yang menyatakan bahwa persepsi merupakan hasil interaksi antara
individu dengan obyek. Menurutnya, tahap paling awal dari hubungan
manusia dengan lingkungannya adalah kontak fisik individu dengan obyek
fisiknya. Obyek tampil dengan kemanfaatan masing-masing, sedang
individu datang dengan sifat-sifat individu, pengalaman, bakat, minat,
dan berbagai ciri kepribadiannya. Hasil interaksi individu dengan obyek
adalah persepsi individu
tentang obyek itu sendiri. Jika persepsi masih berada dalam batas
optimal individu berarti terjadi keadaan seimbang sehingga
dipertahankan karena menyenangkan. Sebaliknya jika obyek yang
dipersepsi sebagai di luar batas optimal menimbulkan tekanan atau
stress. Tekanan yang sangat membebani itu mengakibatkan individu
melakukan coping behavior atau penyesuaian diri dengan kondisi dirinya.
Terhadap penyesuaian diri individu menimbulkan dua kemungkinan yakni
gagal atau sukses.
Dari penjelasan Bell di depan menunjukkan bahwa persepsi tidak bersifat
statis, melainkan bisa berubah-ubah. Dalam istilah lain persepsi itu
sifatnya relatif atau tidak absolut (Soekamto, 1992) tergantung pada
pengalaman tepat sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hasil dari
tingkah Iaku berupa coping akan menyebabkan perubahan pada individu
maupun pada persepsinya. Sarwono (1992) menjelaskan proses perubahan
persepsi yang bisa disebabkan oleh proses faal (fisiologik) dari sistem
syaraf pada indera-indera manusia maupun disebabkan oleh proses
psikologik.
Simposium Pendidikan 2008 6
2. Hakekat Teknologi Pembelajaran
Teknologi pendidikan sering dikacaukan dengan istilah teknologi
pengajaran. Teknologi pengajaran merupakan bagian dari teknologi
pendidikan. Hal ini didasarkan pada konsep bahwa pengajaran adalah
bagian dari pendidikan. Teknologi pengajaran merupakan satu himpunan
dari proses terintegrasi yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan,
peralatan, dan organisasi serta pengelolaan cara-cara pemecahan masalah
pendidikan yang terdapat di dalam situasi belajar yang memiliki tujuan
dan disengaja (Sudjana dan Rivai, 2001). Selanjutnya Sudjana mengatakan
bahwa teknologi pengajaran adalah merupakan sebuah konsep yang kompleks
sehingga memerlukan definisi yang kompleks pula. Definisi-definisi yang
muncul hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan sebab tidak ada satu
pun definisi yang lengkap. Teknologi pengajaran merupakan satu himpunan
dari proses terintegrasi yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan,
peralatan, dan organisasi serta pengelolaan cara-cara pemecahan masalah
pendidikan yang terdapat di dalam situasi balajar yang memiliki tujuan
dan disengaja (Sudjana dan Rivai, 2001).
Inovasi di bidang teknologi terutama teknologi informatika telah
merubah wajah dunia pendidikan dari sistem korespondensi menjadi sistem
pembelajaran apa yang dikenal dengan istilah belajar jarak jauh. Sejak
itu pulalah perubahan besar di bidang pendidkan telah terjadi melalui
perkembangan teknologi komunikasi yang menggunakan jasa satelit,
transmisi gelombang mikro, kabel optik dan komputer yang memungkinkan
terjadinya komunikasi yang sangat cepat efektif dan efesien. Penggunaan
interaktif teknologi canggih itulah telah mengubah wajah pendidikan
dengan cepat diantaranya: produksi bahan pembelajaran, merancang bahan
pembelajaran itu sendiri, telah tersedia sangat banyak dan begitu
canggih.
Tidak ketinggalan perpustakaanpun telah mulai menyediakan video, disc
dan perangkat lunak komputer. Kalau begitu, apakah sesungguhnya hakikat
teknologi itu?
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah ke berbagai
sektor bidang kehidupan, bukan saja bidang pendidikan akan tetapi
hampir semua
Simposium Pendidikan 2008 7
aspek dalam kehidupan umat manusia yang bersifat multi dimensional.
Teknologi memberikan kemudahan, kebaikan, dan mempercepat proses
komunikasi yang lebih efektif serta efesien yang dapat meningkatkan
kualitas kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk homo sapiens dan
sekaligus sebagai homo faber telah mengembangkan teknologi yang
menghasilkan berbagai keajaiban. Manusia disebut homo faber karena ia
mahluk yang suka membuat peralatan, sedangkan sebagai homo sapiens
karena ia selalu berpikir yang mencerminkan kaitan antara pengetahuan
yang bersifat
teoritis dengan teknologi yang bersifat praktis. Pada dasarnya ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai
gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan
untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada
(Suriasumantri, 1999).
Ditinjau dari segi aksiologi maka ilmu harus mengembangkan berbagai
sarana, dan harus memberikan kemaslahatan bagi umat manusia. Ilmu
merupakan pengetahuan yang memungkinkan manusia dapat mengembangkan
teknologi, tanpa ilmu teknologi tidak mungkin dapat berkembang, sebab
teknologi merupakan penerapan ilmu. Bila ilmu dikembangkan sebagai
suatu cara atau alat untuk memenuhi suatu keperluan hidup tertentu,
maka terciptalah teknologi. Sehingga dengan demikian ilmu adalah
pengetahuan yang dikembangkan oleh manusia untuk memecahkan
masalah-masalah praktis dalam kehidupannya (Sumantri, 1999:161).
Menurut Arnold Johnson & Martin Peterson dalam The Liang Gie (1996)
menyatakan bahwa teknologi adalah penerapan dari ilmu dan hasil-hasil
penelitian ilmiah untuk pemecahan masalah-masalah praktis.
Dalam proses belajar mengajar, model pendidikan teknologis lebih
menitik beratkan kemampuan peserta didik secara individual terhadap
materi pembelajaran yang telah disusun ke tingkat kesiapan sehingga
peserta didik mampu memperlihatkan perilaku yang sesuai dengan yang
diharapkan. Melalui teknologi, materi pelajaran dan metodologi
pengajaran ditetapkan dengan dukungan teknologi. Singkatnya secara
esensial teknologi pengajaran dapat menggantikan peran pendidik dan
peserta dapat berperan aktif sebagai pelatih yang mempelajari semua
data dan keterampilan yang berguna. Asosiasi
Simposium Pendidikan 2008 8
Komunikasi dan Teknologi Pendidikan (The Association for Educational
Communications and Technology – AECT), sejak tahun 1977 telah
merumuskan definisi atau istilah dalam bidang studi ini. Sebagian dari
istilah tersebut berorientasi terhadap profesi secara umum dan yang
lain berorientasi secara khusus terutama berkaitan dengan media.
Meskipun Asosiasi mengajukan definisi tersebut, namun Asosiasi
mempunyai komitmen untuk secara terus menerus mengkaji ulang definisi
dan memperbaiki serta menerbitkannya. Teknologi pengajaran mulai tumbuh
dan berkembang baik sebagai profesi maupun sebagai bidang studi
akademik yang terus dikaji. Asosiasi Komunikasi dan Teknologi
Pendidikan (the Association for Educational Communications and
Technology – AECT) telah membentuk Komisi definisi dan terminologi yang
secara resmi pada tahun 1994 telah merumuskan definisi teknologi
pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk
belajar. Selanjutnya Sells dan Richey mengatakan bahwa teknologi
instruksional merupakan teori dan praktek dari desain, pengembangan,
pemanfaatan manajemen, dan evaluasi terhadap proses dan sumber daya
untuk mencapai tujuan belajar. Definisi tersebut dimaksudkan untuk
melingkupi keseluruhan dimensi teori dan praktek bidang teknologi
instruksional, tetapi nampaknya masih tetap menggunakan pijakan teori
lama yang dikembangkan dari AECT sambil mengakomodasikan perkembangan
baru dan penerapan teknologi instruksional di lapangan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut ternyata satu dengan yang lain
tidak selalu sejalan bahkan seringkali mengandung perbedaan konsep yang
mengakibatkan perdebatan sengit di antara para pakar. Tidak ada satu
teoripun yang disepakati oleh semua orang. Namun keadaan seperti itu
biasa terjadi dalam menjelaskan hakikat ilmu apalagi ilmu-ilmu sosial.
Hal itulah yang menyebabkan teknologi pendidikan menjadi kajian yang
dinamis dan sangat menarik. Walaupun demikian keunikan teknologi
pendidikan sebagai suatu bidang terapan telah disepakati bahwa
tercermin dalam tiga konsep utamanya (Suparman, 2001:9), yaitu: (1)
menggunakan berbagai jenis sumber balajar termasuk di dalamnya berbagai
macam
media, peralatan, manusia, teknik, metode, dan strategi
Simposium Pendidikan 2008 9
pembelajaran. (2) penekanan dan berfokus pada belajar menjadi lebih
menyentuh dan lebih bermakna bagi setiap individu dan bersifat pribadi
bagi orang yang belajar. (3) menggunakan pendekatan sistem dalam
pemecahan masalah”human learning”. Ini berarti bahwa jejak dari para
ahli dan praktisi teknologi pendidikan dapat ditelusuri dari hasil
pemikiran dan prakteknya dalam pemecahan masalah- masalah pendidikan
yang tidak lepas dari ketiga ciri unik tersebut.
3. Perkembangan Teknologi Pendidikan
Perkembangan dari berbagai metode pembelajaran merupakan tanda lahirnya
teknologi pengajaran yang dikenal seperti sekarang ini. Sekalipun dari
latar belakang sejarahnya, metode pembelajaran tidak didasarkan atas
ilmu pengetahuan dan hasil penelitian seperti yang kita ketahui, dalam
metode pengajaran terkandung konsep-konsep yang mempengaruhi cara
berpikir, bertindak, dan berperilaku dalam pengembangan pengajaran yang
kemudian dikenal sebagai teknologi pendidikan. Tampaknya konsep
teknologi pendidikan merupakan gejala baru di dalam dunia pendidikan
maupun latihan, namun sebenarnya konsep yang mendasarinya telah
berkembang selama berabad-abad dari hasil pemikiran dan konsep-konsep
pengajaran sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisis Sudjana (2001:57) menyatakan bahwa makna
metode pembelajaran adalah mengembangkan teknik-teknik penyampaian
informasi dan mengontrol tingkah laku siswa. Hal ini tampak jelas pada
sistem monitoring Lancaster. Sistem pengajaran object teacheng yang
dikembangkan oleh Pestalozzi dan Froebel tidak semata-mata berarti
dalam praktek pengajaran tetapi juga mengandung nilai teoritis dalam
pengajaran. Berdasarkan hasil orientasi terhadap pelbagai pelopor
pendidikan semenjak jaman sofisme sampai dengan perkembangan abad ke
18, tampak adanya konsep, teori dan metode pengajaran yang dapat
dipandang sebagai pelopor teknologi pendidikan modern dewasa ini
(Suparman, 2001:9).
Menurut Nana Sudjana selanjutnya menyatakan bahwa berdasarkan
perjalanan sejarah, dunia pendidikan telah mengalami empat tahap
perubahan ditinjau dari cara penyajian materi pelajarannya.
Perkembangan pendidikan yang pertama adalah tatkala dalam masyarakat
tumbuh suatu profesi baru yang disebut
Simposium Pendidikan 2008 10
“guru” yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan
mewakili orang tua. Dengan demikian maka terjadi pergeseran peranan
pendidikan yang biasanya diselenggarakan di rumah berubah menuju ke
pendidikan sekolah secara
formal.
Perkembangan yang kedua dimulai dengan dipergunakannya bahasa tulisan
di samping bahasa lisan dalam penyajian materi ajaran. Perkembangan
yang ketiga terjadi dengan ditemukannya teknik pencetakan yang
memungkinkan diperbanyaknya bahan-bahan bacaan dalam bentuk buku-buku
teks sebagai materi pelajaran tercetak. Perkembangan pendidikan yang
keempat terjadi dengan mulai masuknya teknologi berikut produknya yang
menghasilkan alat-alat mekanis, optis, maupun elektronis. (Suparman,
2001:41).
Berdasarkan perkembangan sejarahnya teknologi pendidikan kaya akan
batasan-batasan dan model-model pengembangan sistem pengajaran,
walaupun batasan dan model serta teori-teori tersebut akan selalu terus
berkembang sesuai dengan kondisi saat ini. Namun walaupun demikian
masih tetap penting dan relevan untuk dijadikan sebagai bahan acuan dan
referensi yang dapat diperlihatkan sebagai hasil perkembangan pemikiran
dan pengertian yang dipergunakan dalam konsep teknologi pendidikan.
Selain itu, batasan-batasan tersebut mengandung pengertian-pengertian
yang bisa digabungkan sebagai bahan rujukan dalam merumuskan batasan
teknologi pendidikan yang lebih disempurnakan.
Sekalipun perkembangan konsep teknologi pendidikan dapat ditelusuri
jejaknya melalui
latar belakang yang mendahuluinya, yaitu sejak jaman Yunani purba, maka
gerakan yang mendasari muncul dan terwujudnya bidang dan konsep
teknologi pengajaran seperti sekarang ini, maka Sudjana (2001:57-73)
telah menyusun secara sistematis perkembangan teknologi pengajaran
sebagai berikut:
1) Alat Bantu Visual, dalam konsep pengajaran visual adalah setiap
gambar, model, benda, atau alat-alat lain yang memberikan pengalaman
visual yang nyata kepada siswa. Alat bantu visual itu bertujuan untuk:
(a) memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas pengertian
Simposium Pendidikan 2008 11
atau konsep yang abstrak kepada siswa, (b) mengembangkan sika-sikap
yang dikehendaki, (c) mendorong kegiatan siswa lebih lanjut.
Konsep pengajaran visual didasarkan atas asumsi bahwa pengertian-
pengertian yang abstrak dapat disajikan lebih konkrit. Pengongkretan
pengajaran visual sampai sekarang masih tetap berguna. Di samping itu,
gerakan pengajaran visual memperkenalkan dua macam konsep pemikiran
lainnya yang masih dipakai, yaitu: pertama,pentingnya pengelompokan
jenis-jenis alat bantu visual yang dipakai dalam kegiatan
instruksional, kedua, perlunya pengintegrasian bahan-bahan visual ke
dalam kurikulum sehingga penggunaannya tidak terpisahkan (integrated
teaching materials).
2) Alat Bantu Audiovisual, konsep pengajaran visual kemudian berkembang
menjadi audiovisual aids pada tahun 1940. Istilah ini bermakna sejumlah
peralatan yang dipakai oleh para guru dalam menyampaikan konsep,
gagasan, dan pengalaman yang dianggap oleh indra pandang dan
pendengaran. Penekanan utama dalam pengajaran audiovisual adalah pada
nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman konkret, tidak hanya
didasarkan atas kata-kata belaka. Pengajaran audiovisual bukan metode
mengajar. Materi audiovisual hanya dapat berarti bila dipergunakan
sebagai bagian dari proses pengajaran. Peralatan audiovisual tidak
harus digolongkan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh dari
penginderaan pandang dan dengar, akan tetapi sebagai alat teknologis
yang dapat memperkaya serta memberikan pengalaman kongkret kepada para
siswa. Pengajaran audiovisual menambahkan komponen “audio” kepada
materi pengajaran visual, yang secara konseptual sebenarnya tidak
banyak memberikan perbedaan berarti. Gerakan audiovisual tetap
mempertahankan kontinum kongkret abstrak dan pengelompokan materi
instruksional dalam klasifikasi gradual yang diperlihatkan dalam bentuk
“kerucut pengalaman” (cone of experiences) dari Edgar Dale. Konsep
tetang perlunya pengintegrasian materi audiovisual ke dalam kurikulum
tetap dipertahankan.
Simposium Pendidikan 2008 12
3) Komunikasi Audiovisual, pendekatan yang lebih menguntungkan dalam
arti memperoleh pengertian yang lebih efektif di bidang audiovisual
terdapat dalam konsep komunikasi. Orientasi terhadap proses komunikasi
yang diaplikasikan dalam kegiatan instruksional telah mengubah kerangka
teoritis teknologi instruksional. Dengan demikian maka tekanan tidak
lagi diletakkan pada benda atau bahan pelajaran dalam bentuk materi
audiovisual untuk pengajaran, melainkan dipusatkan pada keseluruhan
proses komunikasi informasi/pesan (message) dari sumber (source) yaitu
guru, kepada penerima (reciver) yaitu siswa. Dari berbagai model
komunikasi yang ada, maka model komunikasi SMCR Berlo merupakan yang
paling sederhana dan sangat berguna dalam melahirkan konsep- konsep
teknologi instruksional. Model S M C R Berlo (1960:73-79) meperlihatkan
dua konsep, yaitu: pertama, berhubungan dengan keseluruhan proses
penyampaian pesan dari sumber, yaitu guru, kepada penerima pesan yaitu
siswa kedua, memperlihatkan unsur-unsur yang terlibat di dalam proses
dan adanya hubungan yang dinamis di antara unsur-unsur yang terlibat di
dalam proses. Selain itu unsur-unsur yang terdapat di dalam model ini
dapat menjelaskan konsep-konsep
penting lainnya. Penerima pesan yaitu siswa dan sumber pesan yaitu guru
atau bahan pelajaran, merupakan bagian yang integral dari teknologi
instruksional serta dipandang sebagai komponen komunikasi yang sangat
penting. Isi pesan, yaitu pelajaran, struktur, dan cara perlakuan atau
metode dan media yang dipergunakan merupakan bagian proses komunikasi
dan termasuk juga dalam teknologi pengajaran. Sedangkan kelima macam
indra merupakan saluran komunikasi sebagai bagian dari proses
komunikasi. Hal ini merupakan perluasan konsep lama dari gerakan
pengajaran audiovisual yang semata-mata memperoleh pengalaman belajar
melalui “mata dan telinga” saja. Model proses komunikasi pengajaran ini
memperlihatkan salah satu komponen di dalam sistem, yaitu desain
komunikasi audiovisual yang diklasifikasikan menurut jenisnya. Pesan
atau informasi merupakan komponen yang harus dimasukkan ke dalam
Simposium Pendidikan 2008 13
desain komuniksai audiovisual. Dan orang, sebagai materi, dianggap
sebagai komponen di dalam sistem. Di samping itu ditambahkan pula
konsep baru, yaitu cara-cara menggunakan media dan menciptakan
lingkungan (settings) di mana media dipergunakan untuk mempengaruhi,
memodifikasi, memanipulasi kondisi penyajian materi instruksional dan
respon penerima informasi, yaitu siswa.
4) Kontribusi Ilmu Pengetahuan Perilaku, sumbangan ilmu pengetahuan
perilaku kepada teknologi pengajaran semula hanya membatasi dirinya
pada teori-teori belajar lama. Namun dengan diperkenalkannya konsep
penguatan dan aplikasinya ke dalam programmed instruction dan teaching
machine oleh B.F. Skinner, seperti dikutif oleh Prasetyo (1997:3-6)
pengaruhnya terhadap teknologi pengajaran semakin bertambah nyata.
Perkembangan konsep-konsep dalam bidang ilmu pengetahuan perilaku
tersebut sama kompleksnya dengan perkembangan dalam bidang teknologi
pengajaran. Menurut B.F. Skinner mengajar itu pada hakikatnya adalah
rangkaian dari penguatan yang terdiri dari tiga macam variabel yaitu:
(a) suatu peristiwa di mana perilaku terjadi (b) perilaku itu sendiri,
dan (c) akibat perilaku. Kerangka teoritis dari komunikasi audiovisual
memandang teknologi pengajaran memberikan tempat penting kepada
stimulasi atau pesan-pesan yang disajikan kepada siswa. beberapa
prinsip penting yang dipergunakan oleh Skinner dalam teaching machine
adalah: (a) respon siswa diperkuat secara teratur dan secepatnya (b)
mengusahakan agar siswa dapat mengontrol irama kemajuan belajarnya
sendiri (c) tetap memelihara agar siswa mematuhi urut-urutan yang
lengkap, dan (d) adanya keharusan partisipasi melalui penyediaan
respons. Teaching machine dan programmed instruction merupakan aplikasi
langsung dari pandangan bahwa peralatan dan bahan pelajaran harus dapat
berbuat lebih banyak daripada sekedar penyaji informasi, alat-alat dan
bahan pelajaran itu harus dikaitkan kepada perilaku siswa.
5) Pendekatan Sistem dalam Pengajaran, perkembangan konsep teknologi
pengajaran dan komunikasi audiovisual menuju ke pendekatan sistem,
Simposium Pendidikan 2008 14
disebabkan oleh adanya pemikiran yang memandang teknologi pendidikan
sebagai suatu pendekatan sistem di dalam proses belajar mengajar yang
dipusatkan pada desain, implementasi, dan evaluasi terhadap proses
mengajaran dan belajar. Hal ini membawa implikasi kepada batasan
teknologi pengajaran yang menjadi lebih luas daripada sekedar alat-alat
instruksional. Teknologi pengajaran diartikan sebagai cara mendesain
yang sistematis, melaksanakan dan mengevaluasi keseluruhan proses
belajar-mengajar, mengkaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah
dikhususkan serta didasarkan atas prinsip-prinsip belajar dan
komunikasi yang terjadi pada manusia (bukan didasarkan atas
prinsip-prinsip belajar yang bersumber dari hasil percobaan pada mahluk
lain/binatang) dan memanfaatan
pelbagai sumber manusia dan non manusia dengan maksud agar pembelajaran
lebih efektif. Teknologi pengajaran merupakan proses, bukan hanya
dinyatakan oleh media atau peralatan. Dasar pandangan ini telah
memperkuat konsep-konsep teori komunikasi dan pembelajaran berprogram
yang menegaskan bahwa teknologi pendidikan telah menerapkan pendekatan
sistem ke dalam bidang pengajaran, menekankan atau mengutamakan proses
ketimbang hasil. Hal ini merupakan peralihan cara berpikir sistemik
pada awalnya kepada cara berpikir sistemik pada saat sekarang yang
menghendaki adanya usaha evaluasi proses belajar- mengajar sebagai
suatu kesatuan komponen-komponen yang saling berhubungan dan
bergantungan satu sama lain.
6) Dari Komuniksai Audiovisual dan Pendekatan Sistem ke Teknologi
Pengajaran, makna teknologi bukan hanya terdiri dari mesin dan manusia
melainkan merupakan susunan padu yang unik dari manusia dan mesin,
gagasan, prosedur, dan pengelolaan. Konsep teknologi pendidikan telah
membuka lebar daerah pengembangan teoritis, penelitian, dan
implementasinya di lapangan pendidikan. Makna teknologi pengajaran
dalam pengertian mutakhir meliputi pengelolaan gagasan, prosedur,
biaya, mesin dan manusia di dalam proses pengajaran yang melibatkan
peralatan fisik yang menyalurkan informasi. Sistem pengajaran sebagai
wahana
Simposium Pendidikan 2008 15
peralatan tersebut merupakan salah satu komponen dan pelbagai
kemungkinan pilihan mengenai: (a) keperluan akan perubahan pengaturan
ruang kelas (b) terpisahnya waktu dan ruang antara tutor perencanaan
pengajaran dengan para siswa (c) kecanggihan desain sehubungan dengan
pertukaran informasi antara tutor dengan para siswa (d) kompleksitas
dan pembiayaan perangkat keras (e) tingkat keterampilan teknis yang
diperlukan bagi konstruksi dan instalasi perlengkapan, penggunaan,
serta perawatannya (f) pengendalian dan pemantauan pada peralatan yang
terlepas dari guru ke kelas (g) kebutuhan akan tenaga profesional yang
akan memakai teknologi pengajaran, dan (h) perubahan peranan dan
keterampilan baru yang diperlukan oleh guru sehubungan dengan
pengelolaan teknologi dan kegiatan-kegiatan pengajaran yang tidak
terstruktur tanpa media, tetapi penting guna pengembangan kepribadian,
budaya, dan penghayatan norma-norma yang terletak di luar kemampuan
teknologi instruksional yang ada sekarang ini.
Pada kenyataannya kerangka teoritis dari teknologi pengajaran
memperlihatkan perubahan besar terhadap pandangan baru tentang
bagaimana teknologi pendidikan bersesuaian dan berhubungan dengan
masyarakat. Perubahan paradigma tersebut menurut Finn, diakibatkan
adanya eksplosi penduduk, eksplosi ilmu pengetahuan , revolusi industri
kedua, revolusi menetap dari demokrasi, industri ilmiah dan budaya,
kebutuhan akan filsafat baru yang sesuai dengan jaman, kebutuhan akan
pendidikan bagi semua warga negara mengenai teknologi, kebutuhan
pendidikan kembali bagi para buruh akibat otomatisasi, keharusan
mengarahkan penerapan teknologi kepada masyarakat menjadi proses
pengajaran (Sudjana, 2001:57)
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan teknologi pendidikan selain yang diuraikan di atas juga
karena inovasi teknologi itu sendiri yang mempunyai dampak terhadap
perkembangan proses belajar mengajar. Teknologi audiovisual yang semula
menggunakan piringan hitam kini telah berubah dengan adanya
Simposium Pendidikan 2008 16
compact disc. Film sudah banyak diganti dengan pita rekaman video yang
pada gilirannya digantikan oleh rekaman video dan audio digital. Secara
ringkas dapat disimpulkan bahwa sejak definisi yang terakhir yang
dikemukakan oleh komisi definisi dan terminologi Asosiasi Komisi dan
Teknologi Pendidikan (AECT) telah terjadi banyak perubahan. Teknologi
pendidikan telah berkembang baik sebagai profesi maupun sebagai suatu
bidang studi akademik.
Bahkan sampai ke analisis kawasan yang mendeskripsikan bagaimana
bidang-bidang telah berkembang dari yang bersifat generalis ke arah
spesialis, tentu saja spesialis dalam lingkup yang lebih luas.
4. Komputer/Internt Sebagai Media Pembelajaran
Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses
belajar mengajar di sekolah, komputer/internet diharapkan mampu
memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif
antara guru, siswa, dan bahan belajar sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang perlu didukung oleh
komputer/intemet tersebut terutama berkaitan dengan strategi
pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara
sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan
untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam
memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan
tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca,
penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya
tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode dasar dialog/komunikasi
sebagai berikut (Boettcher 1999) :
ƒ dialog/komunikasi antara guru dengan siswa
ƒ dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar
ƒ dialog/komunikasi di antara siswa
Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi
yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang
optimal. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian
tujuan dari
Simposium Pendidikan 2008 17
pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek
tersebut (Pelikan, 1992). Kemudian dinyatakan pula bahwa perancangan
suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga
dialog/komuniaksi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran
berbasis Web (Bottcher, 1995).
Dari sejumlah studi yang telah dilakukan, menunjukkaii bahwa internet
memang bisa dipergunakan sebagai media pembelajaran, seperti studi
telah dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST) pada
tahun
1996, yang dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas lima dan enam
sekolah dasar. Ke 500 murid tersebut dimasukkan daiam dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen yang dalam kegiatan belajarnya dilengkapi
dengan akses ke Intemet dan kelompok kontrol. Setelah dua bulan
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi
berdasarkan hasil tes akhir.
Kemudian sebuah studi eksperimen mengenai penggunaan Internet untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris yang dilakukan oleh
Anne L. Rantie dan kawan-kawan di SMU 1 BPK Penabur Jakarta pada tahun
1999, menunjukkan bahwa murid yang teriibat dalam eksperimen tersebut
memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara signifikan dalam
menulis dan membuat karangan dalam bahasa Inggris.
Dengan demikian teriihat bahwa sebagaimana media lain yang selama ini
telah dipergunakan sebagai media pendidikan secara luas,
komputer/mtemet juga mempunyai peluang yang tak kalah besarnya dan
bahkan mungkin karena karakteristiknya yang khas maka disuatu saat
nanti bisa menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan paling
dipergunakan secara luas.
Dalam bidang pendidikan, penggunaan teknologi berbasis komputer
merupakan cara untuk menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-
sumber yang berbasis mikroprosesor, di mana informasi atau materi yang
disampaikan disimpan dalam bentuk digital.
Aplikasi teknologi komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal dengan
istilah "Computer Asisted Instruction (CAI)". atau dalam istilah yang
sudah diterjemahkan disebut sebagai "Pembelajaran Berbanluan Komputer
Simposium Pendidikan 2008 18
(PBK)".
Istilah CAI umumnya merujuk kepada semua software pendidikan yang
diakes melalui komputer di mana pengguna dapat berinteraksi dengannya.
Sistem komputer dapat menyajikan serangkaian program pembelajaran
kepada peserta didik, baik berupa informasi konsep maupun latihan
soal-soal untuk mencapai tujuan tertentu, dan pengguna melakukan
akrivrtas belajar dengan cara berinteraksi dengan sistem komputer.
Sementara dalami kedudukannya dapat dikatakan bahwa CAI adalah
penggunaan komputer sebagai bagian integral dari sistem instruksional,
di mana biasanya pengguna terikat pada interaksi dua arah dengan
komputer. Menurut Kaput dan Thompson (1994), CAI diartikan sebagai
bentuk-bentuk pembelajaran yang menempatkan komputer dalam peran guru.
Sedangkan menurut Hinich (dalam Said, 2000), CAI adalah suatu program
pembelajaran yang dibuat dalam sistem komputer, di mana dalam
menyampaikan suatu materi sudah diprogramkan langsung kepada pengguna.
Materi pelajaran yang sudah terprogram dapat disajikan secara serentak
antara komponen gambar, tulisan, warna, dan suara.
Sementara itu penggunaan CAI sebagai "sarana atau media belajar" lebih
diarahkan sebagai media pembelajaran mandiri, sehingga dalam
pemanfaatannya peran guru sangat minimal. Dalam hal ini peserta didik
dituntut untuk lebih aktif dalam mendalami materi-meteri pembelajaran
yang mungkin tidak bisa didapatkan hanya dari pembelajaran konvensional
(klasikal). sehingga dalam proses pembelajaran yang memanfaatkan
multimedia pembelajaran guni lebih berperan sebagai fasiiitator. Dengan
kelebihannya tersebut maka program pembelajaran berbasis komputer
mempunyai kemampuan untuk mengisi kekurangan-kekurangan guru. Namun
tentu saja tidak ada satupun media yang mampu menggantikan seluruh
peran guru, karena masih banyak hal-hal yang bersifat pedagogi dan
humanisme yan tidak bisa digantikan oleh komputer.
Program CAI mempunyai 2 (dua) karakteristik, yaitu : pertama, CAI
merupakan integrated multimedia yang dapat menyajikan suatu paket bahan
ajar (tutorial) yang berisi komponen visual dan suara secara bersamaan.
Kedua CAI mempunyai komponen intelligence. yang membuat CAI bersifat
interaktif dan
Simposium Pendidikan 2008 19
mampu memproses data atau jawaban dari si pengguna. Kedua karakteritik
inilah yang membedakan antara program pembelajaran yang disajikan lewat
CAI dengan program pembelajaran yang disajikan lewat media lainnya
karena mampu menyajikan suatu model pembelajaran yang bersifat
interaktif .
Berkenaan dengan karakteristiknya tersebut dan kegunaannya sebagai
media pembelajaran, Pustekkom kemudian memberikan nama "Multimedia
Pembelajaran", untuk program-program pembelajaran berbantuan komputer
yang dikembangkan.
Melihat namanya maka kita bisa segera bisa asumsikan bahwa multimedia
pembelajaran mempunyai pengertian penggunaan banyak media (teks,
grafis, gambar, foto, audio, animasi dan video) atau paling tidak
bermakna lebih dari satu media, yang digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran secara bersama-sama guna mencapai suatu tujuan
pembelajaran tertentu. Jadi multimedia pembelajaran bisa dipahami
sebagai:
ƒ adanya lebih dari satu media yang konvergen
ƒ interaktif
ƒ mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi
sedemikian nipa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan
orang lain
ƒ Memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin
ƒ Memberikan kesempatan kepada siswa untuk: mengontrol laju kecepatan
belajarnya sendiri
ƒ Memperhatikan bahwa peserta didik mengikuti suatu urutan yang koheren
dan terkendalikan
ƒ Memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna dalam bentuk
respon baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan dan lain-
lain.
Sementara itu program multimedia sebagai media pembelajaran yang juga
merupakan program pembelajaran berbantuan komputer (CAI) bi
dikelompokkan dalam format penyampaian pesannya (Hardjito, 2004)
sebagai berikut:
1. Tutorial
Program ini merupakan program yang dalam penyampaian materinya dilakukan
secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru
atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan
teks. gambar baik diam atau bergerak, dan grafik. Pada saat yang tepat
yaitu ketika dianggap bahwa pengguna telah membaca, menginterpretasi
dan nenyerap konsep itu, diajukan serangkaian pertanyaan atau tugas.
Jika jawaban atau respon pengguna benar, kemudian dilanjutkan dengan
materi berikutnya. Jika jawaban atau respon pengguna salah, maka
pengguna harus mengulang memahami konsep tersebut secara keseluruhan
ataupun pada bagian-bagian tertentu saja (remedial). Kemudian pada
bagian akhir biasanya akan diberikan serangkaian pertanyaan yang
merupakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep
atau materi yang disampaikan.
2 Drill and practice
Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga memiliki
kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu
konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang
biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan maka
soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak
dalam kombinasi yang berbeda. Program ini dilengkapi dengan jawaban
yang benar lengkap dengan penjelasannya sehingga diharapan pengguna
akan bisa pula memahami suatu konsep tertentu. Pada bagian akhir,
pengguna bisa melihat skor akhir yang dia capai, sebagai indikator
untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang
diajukan.
3 Simulasi
Program multimedia dengan format ini mencoba menyamai proses dinamis
yang terjadi di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan pesawat
terbang di mana pengguna seolah-olah melakukan aktivitas menerbangkan
pesawat
Simposium Pendidikan 2008 21
terbang, menjalankan usaha kecil, atau pengendaiian pembangkit listrik
tenaga nukiïr dan lain-lain. Pada dasmya format ini mencoba memberikan
pengalaman masalah dunia nyata yang biasanya berhubungan dengan suatu
resiko, seperti pesawat akan jatuh atau menabrak, perusahaan akan
bangkrut, atau terjadi malapetaka nuklir.
4. Percobaan atau eksperimen
Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada
kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum
di laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program menyediakan
serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan
percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk dan kemudian mengembangkan
eksperimen- eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. Diharapkan
pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena
tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka Iakukan secara maya
tersebut.
5. Permainan
Tentu saja bentuk permainan yang disajikan di sini tetap emngacu pada
proses pembelajaran, dan dengan program multimedia berformat ini
diharapkan terjadi aktivitas belajar sambil bermain. Dengan demikian
pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang mempelajari
suatu konsep.
Selama ini multimedia pembelajaran yang dikembangkan Putckkom lebih
banyak yang menggunakan format tutorial. Dengan berbagai pertimbangan
antara lain karena lebih mudah struktur dan pengembangannya, bisa
dikemas secara lebih menarik, tidak terlalu sulit dalam
pengembangannya, baik dalam penulisan naskah maupun produkasinya
Pemanfaatan multimedia pembelajaran bisa dilakukan peserta didik secara
mandiri, dalam kelompok, atau bersama-sama dalam lab komputer dengan
bimbingan guru. Walaupun memiliki karakteristik sebagai media
pembeiajaran mandiri, yang mampu mengakomodir tingkat kecepatan belajar
berbeda, baik peserta didik yang mempunyai learning style slow leamer,
average mapun fast learner.
Simposium Pendidikan 2008 22
5. Tik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diujicobakan sejak tahun
2004 maka standar kompetensi matapelajaran TIK meliputi;
a. Konsep, pengetahuan dan operasi dasar
b. Mengindentifikasi komponen dasar perangkat keras dan perangkat lunak
serta aturan etika dan keselamatan kerja
c. Pengolahan informasi untuk produktivitas
d. Memodifikasi dokumen dengan program pengolah kata e. Pemecahan
masalah, eksplorasi dan komunikasi
f. Membuat kerya menggunakan program pengolah kata
g. Menerapkan internet untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi
Kompetensi dasar tersebut kemudian dijabarkan menurut tingkat kelas.
Kompetensi a – f diharapkan dicapai oleh siswa kelas VII dan Kelas
VIII. Sedangkan kelas IX meliputi kompetensi a, c, e dan g. Kemudian
kompetensi dasar tersebut secara operasional dijabarkan berdasarkan
komponen dasar, indikator dan materi pokok. Berikut ini sebaran
komponen dasar, indikator dan materi pokok matapelajaran TIK SMP.
Tabel 1. Standar Kompetensi Matapelajaran TIK Kelas VII
No. Komponen
Dasar
Indikator Matri Pokok
1 2 3 4
1 Mengidentifikasi perangkat- perangkat yang digunakan beserta
fungsinya
2 Menjelaskan syarat- syarat kesehatan
dan keselamatan kerja dalam menggunakan
perangkat teknologi
informasi dan komunikasi
Menunjukkan dan menjelaskan fungsi- fungsi perangkat keras seperti:
¾ Keyboard
¾ Mouse
¾ Monitor
¾ CPU
¾ dll
¾ Mengatur posisi duduk
¾ Memperkirakan jarak pandang
dengan monitor
¾ Menghidupkan komputer sesuai
dengan prosedur
¾ Memakai Teknologi Informasi dan
Komunikasi komputer sesuai dengan prosedur
Perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam menggunakan perangkat
Teknologi Informasi dan Komunikasi
3 Menjalankan aturan-aturan yang berkaitan dengan
¾ Memberi contoh hak cipta parangkat
lunak.
¾ Menghargai kreasi orang lain
Etika dan moral dalam menggunakan
Simposium Pendidikan 2008 23
Teknologi Informasi dan Komunikasi dan moral terhadap perangkat lunak
yang digunakan
4 Mengidentifikasi perangkat lunak pengolah kata dan fungsi icon-iconny
5 Membuat dokumen baru menggunakan program pengolah kat
6 Memodifikasi dokumen menggunakan program pengolah kata
Membuat karya menggunakan program pengolah kata
¾ Menghindari mengkopi secara tidak
sah (illegal Copy)
¾ Membedakan perangkat lumak untuk sistem operasi dengan program
aplikasi pengolah kata
¾ Mengidentifikasi kegunaan program
pengolah kata untuk membuat dokumen misalnya surat, brosur/ laporan dan
lain-lain
¾ Mengidentifikasi menu dan letak icon
beserta fungsinya.
¾ Menerapkan manajemen file
¾ Mengaktifkan program
¾ Membuka dokumen baru
¾ Menyimpan dokumen
¾ Mengatur ukuran kertas dan margin
¾ Membuat teks
¾ MMengatur paragraf dan spasi
¾ Membuat header dan footer
¾ Memformat kolom
¾ Mencetak dokumen
¾ Mengubah tampilan layar
¾ Membuka dokumen
¾ Mengedit dokumen
¾ Menyisipkan file teks dan gambar
¾ Membuat dan mengatur tabel
¾ Memvariasi teks
¾ Mengubah ukuran/jenis huruf
¾ Mengubah ukuran kertas dan margin
¾ Mengatur orientasi halaman (potrait
atau lanscape)
¾ Membuat file dengan pass-word
¾ Mendemonstrasikan fungsi find dan
replace
Menggunakan fasilitas print preview dalam mengelola pencetakan dokumen
Membuat berbagai model publikasi cetakan (misainya brosur/ bulletin,
liflet/ kartu undangan dan lain-lain) Membuat informasi dengan tampilan
artistik
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perangakt lunak dan program aplikasi pengolah kata
Fasilitas program pengolah kata dalam membuat dokumen
Berbagai model cetakan untuk publikasi
Sumber : Iskandar, A., 2004, Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
SMP Kelas VII , Cet. I, Bandung : Regina
Simposium Pendidikan 2008 24
Tabel 2. Standar Kompetensi Matapelajaran TIK Kelas VIII
No. Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok
1 2 3 4
1 Mengidentifikasi perangkat lunak pengolah data dan fungsi
icon-iconnya
2 Mengidentifikasi penggabungan pengolah angka dan pengolah kata
3 Membuat dokumen baru mengunakan program pengolah angka
4 Memodifikasi dokumen menggunakan program pengolah angk
5 mengabungkan program pengolah angka untuk membuat dokumen
¾ membedakan perangkat lunak
untuk sistem operasi dengan program aplikasi pengolah angka
¾ mengidentifikasi kegunaan
(untuk statistik/ rumus dll)
¾ mengidentifikasi menu dan
letak icon beserta fugsinya
¾ Menerapkan manajement file
¾ menunjukan icon pengabung
¾ menjelaskan kegunaan
penggabungan pengolahaan angka dan pengolah kata
¾ mengaktifkan program
¾ memfcuat workbook dan
worksheetbaru
¾ mengelolah sel
¾ menyimpan workbook
¾ mengunakan formula dan
pengolah data
¾ mengatur halaman dan
mencetak workbook
¾ membuat workbook dan
worksheet
¾ mengedit worksheet lembar
kerja
¾ mengubah bentuk dan ukuran
huruf
¾ membuat grafik
¾ mengubah ukuran kertas dalam
margin
¾ mengatur orientasi halaman
(portai dan lendscape) mengunakan fasilitas Print preview pengolah dan
pencetakan dokumen
¾ memasukan/menyisipkan
dokumen pengolahan angka ke dalam pengolahan kata
¾ mengedit dokumen pengolahan
angka yang dilihat pada dokumen pengolahan kata
¾ menyajikan garfik pengolah
angka dalam dokumen pengolahan kata
• perangkat lunak danprogram aplikasi pengolah angka
¾ cara pengabungan pengolahaan angka
¾ fasilitas Prograin pengolah angka dalam membuat dokumen baru
¾ fasilitas program pengolahan angka dalam memodirikasi dokumen
¾ Insert naskah yang berbentuk gambar kedalam naskah yang berbentuk
teks
¾ IInsert tabel dari
program pengolah angka (sprendsheet)
ke dalam berka
Simposium Pendidikan 2008 25
¾ menyimpan dan mencetak dokumen
¾ membuat berbagai bentuk
dokumen
program word proceaaor, sekaligus cara mengatumya dalam naskah
6 Membuat karya mengimakan program pengolah Kata dan pengolah angka
¾ membuat berbagai model
publikasi cetakan (brosur, buletin/ liflet/ kartu undangan dll)
¾ membuat informasi dengan
tampilan artistik
¾ Pengelolaan
gambar dan teks serta chart dari sua tu program pengolah angka untuk
informasi
Sumber : Iskandar, A., 2004, Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
SMP Kelas VIII , Cet. I, Bandung : Regina
Tabel 3. Standar Kompetensi Matapelajaran TIK Kelas IX
No. Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok
1 2 3 4
1 Mengidentifikasi perangkat keras dan sistem yang digunakan dalam
akses internet.
2 Mengidentifikasi sistem yang digunakan beserta tata cara untuk akses
intemet.
3 Mengidentifikasi pelayanan yang ada di internet
¾ membedakan perangkat lunak untuk
sistem operasi dengan program aplikasi pengolah angka
¾ mengidentifikasi kegunaan (untuk
statistik/ rumus dll)
¾ mengidentifikasi menu dan letak
icon beserta fugsinya
¾ Menerapkan manajement file
¾ Mengidentifikasi tata cara
penyambungan ke intemet melalui
internet service provider (ISP).
¾ Mengidentifikasi menu beserta
fungsinya.
¾ Membedakan fungsi pelayanan yang ada di internet
¾ Menjelaskan istilah-istilah yang
digunakan dalam akses internet
¾ perangkat
lunak danprogram aplikasi pengolah angka
¾ Identifikasi model- model koneksi komputer ke ISP
¾ Koneksi
ISP dengan Windows socket program.
¾ Akses
intemet menggunak an browser
¾ Identifikasi
model- model koneksi komputer ke
Simposium Pendidikan 2008 26
4 Mendemonstrasikan akses web.
¾ Menjalankan web browser.
¾ Akses web melalui URL untuk
memperoieh informasi.
¾ Menunjukkan home page yang
memiliki fasilitas mesin pencari.
¾ Menggunakan mesin pencari untuk
memperoieh informasi.
¾ Mengelola informasi hasil akses
Internet (menyimpan dan mencetak informasi).
¾ Akses
alamat web langsung lewat address yang ada di Internet explorer atau
netscape navigator.
¾ Pelacakan
alamat web melalui search engine.
5 Mendemonstrasikan pemakaian e-mail
6 Memanfaatkan e-mail untuk mengirim data
¾ Membuat account dan password
untuk memperoieh alamat e-mail dan mailboxnya.
¾ Menggunakan e-mail untuk sarana
berkomunikasi: membuat e-mail dan mengirimkannya/ membaca e-mail dan
menjawab (reply), meneruskan
e-mail (forward).
¾ Memanfaatkan e-mail untuk mengirim file (berkas pengolah kata,
pengolah angka, multimedia atau lainnya) melalui attachment
¾ Aturan
alamat e- mail yang dipakai di intemet
¾ Account e-
mail di Web yang menawarka
n secara
gratis.
¾ Pemakaian
e-mail:
mengirim dan menerima
e-mail dari alamat e- mail lain.
¾ Reply atau
mengirim kembali alamat yang
mengirimka
nnya
¾ Mengirimka
n file pengolah kata
¾ Mengirimka
n file pengolah angka
¾ Mengirimka
n file multimedia
Simposium Pendidikan 2008 27
7 Mencari dan menemukan informasi serta berkomunikasi melalui Internet
¾ Menerapkan pelayanan internet
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
¾ Pelacakan
alamat- alamat yang dicari berdasarkan topik melalui search engine.
¾ Pengiriman
naskah atau tulisan melalui e- mail
Sumber : Iskandar, A., 2005, Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
SMP Kelas IX , Cet. I, Bandung : Regina
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Survei dilaksanakan
untuk mendeskripsikan kesiapan sekolah-sekolah di Sulawesi Tenggara
dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis TIK dan mendeskripsilan
persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran yang berbasis TIK.
2. Subyek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh Kepala Sekolah, Guru dan Siswa
se Sulawesi Tenggara. Namun, dalam penelitian ini subyek penelitian
ditetapkan adalah Kepala Sekolah, Guru dan Siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri se Kota Kendari sebagai ibukota Provinsi, dan SMP Negeri
se Kabupaten Kolaka mewakili kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara. Dalam hal ini, subyek penelitian ini terdiri dari 17 SMP
Negeri di Kota Kendari dan 28 SMP Negeri se Kabupaten Kolaka.
Setiap sekolah diberikan instrumen yang sudah disiapkan oleh peneliti.
Instrumen ini meliputi 1 (satu) isian untuk kepala sekolah (guru yang
bertanggung jawab terhadap Laboratorium Komputer di masing-masing
sekolah), 13 angket untuk guru sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang
ada serta 30 angket untuk siswa sebagai perwakilan siswa tiap sekolah.
Simposium Pendidikan 2008 28
Tabel 4. Perkiraan Jumlah Responden Penelitian
3. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
a. Kesiapan sekolah
Data tentang kesiapan sekolah dalam pembelajaran yang berbasis TIK
dilihat dari ketersediaan komputer sarana penunjang pembelajaran TIK
seperti : Ketersediaan komputer, jaringan telepon, dan guru yang
memiliki kemampuan TIK.
b. Persepsi Guru
Data tentang persepsi guru dikumpulkan melalui instrumen/angket. Angket
tersebut dibuat oleh peneliti yang dikembangkan berdasarkan kisi-kisi.
Persepsi ini terdiri aspek kognisi yang menghasilkan ide, konsep dan
pemahaman terhadap suatu obyek, aspek afeksi yang berhubungan dengan
evaluasi emosional berupa perasaan senang atau tidak senang terhadap
suatu obyek serta aspek konasi berupa kecenderungan bertingkah laku
atau tindakan terhadap suatu obyek.
Angket persepsi guru dan siswa secara berurutan terdiri dari 35 item
dan 30 item. Masing-masing item memiliki 5 alternatif pilihan yaitu SS
(sangat setuju), S(setuju), TP (tidak ada pernyataan), TS (tidak
setuju), STS ( sangat tidak setuju). Setiap item diberikan skor 4, 3,
2, 1, 0 masing-masing untuk jawaban SS, S, TP, TS, STS secara berurutan
untuk pernyataan positif. Sedangkan untuk pernyataan negatif diberikan
skor kebalikan dengan pernyataan positif. Dengan demikian, skor
responden akan terentang dari 0
– 140 untuk guru. Skor ini mengukur kesetujuan atau ketidaksetujuan
responden terhadap pernyataan yang diberikan.
Simposium Pendidikan 2008 29
3. Pengolahan Data
Sebelum data dianalisis lebih lanjut, maka terlebih dahulu dilakukan
sortir data.. Keabsahan data ditandai oleh adanya responden yang
memilih lebih dari 1 alternatif pilihan untuk setiap item atau tidak
mengisi sama sekali. Keabsahan 1 atau lebih item berkoensekuensi
terhadap skor total . Data yang tidak memenuhi syarat tidak diikutkan
dalam analisisi data
Tabel 5. Jumlah Responden Penelitian
No. Kabupaten/Kota
Responden
Sekolah Guru
1 Kota Kendari 17 176
2 Kabupaten Kolaka 28 289
Total 45 465
Data yang terkumpul diolah menggunakan bantuan komputer dengan
perangkat lunak Microsoft Excel 2003.
4. Analisis Data
Langkah awal tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif. Analisis
deskriptif disajikan dalam bentuk: (1) penyajian data dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan histogram, (2) ukuran pemusatan data
yang meliputi mean (rata- rata), modus dan median, dan (3) ukuran
penyebaran data yang meliputi, simpangan baku, dan varians.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kesiapan Sekolah Menengah Pertama (SMPN) Di Sulawesi Tenggara dalam
Pembelajaran Berbasis TIK
Kesiapan sekolah dalam penerapan pembelajaran berbasis TIK ditandai
dengan adanya laboratorium komputer, materi pembelajaran berbasis TIK
(animasi, CD pembelajaran), dan guru/staf yang memiliki kemampuan dalam
pembelajaran berbasis TIK (pernah mengikuti kegiatan yang berhubungan
dengan TIK), sekolah memiliki jaringan telepon, internet, LAN dan
memiliki sumber daya listrik yang permanen.. Keberadaan laboratorium
komputer di sekolah SMPN untuk Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka, dapat
dilihat pada tabel 6.
Simposium Pendidikan 2008 30
Tabel 6. Kelengkapan Laboratorium Komputer
Keberadaan Lab. Komputer
No. Kabupaten/Kota
Frekuensi
Ada Tidak ada
Total
1 Kendari 11 (64,71%) 6 (35,29%) 17 (100%)
2 Kolaka 11 (39,29%) 17 (60,71%) 28 (100%)
Dari tabel 6, menunjukkan bahwa untuk Kota Kendari terdapat 11 SMPN
atau 64,71% yang memiliki laboratorium Komputer dan 6 SMPN atau 35,29%
yang belum memiliki laboratorium Komputer. Sedangkan untuk Kabupaten
Kolaka terdapat 11 SMPN atau 39,29% yang memiliki laboratorium Komputer
dan terdapat 17 SMPN atau 60,71% yang belum memiliki laboratorium
Komputer.
Pada umumnya SMPN baik di Kota Kendari maupun di Kabupaten Kolaka telah
punya Kelas Komputer sudah terhubung dalam bentuk Local Area Network
(LAN). Namun demikian keterbatasan sekolah yang tang tersambungkan
dengan jaringan telepon, sehingga komputer tadi belum memiliki koneksi
jaringan ke internet. Pada umumnya SMPN di Kota Kendari maupun di
Kabupaten Kolaka yang belum memiliki komputer adalah sekolah yang belum
terjangkau oleh jaringan listrik. Walaupun beberapa sekolah dilengkapi
dengan genset sebagai mesin pembangkit listrik sendiri.
Pada umumnya SMPN baik di Kota Kendari maupun di Kabupaten Kolaka telah
ada guru/staf yang memiliki kemampuan dalam pembelajaran TIK (pernah
mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan TIK) dengan memperoleh
pelatihan selama tiga bulan. Tetapi masih sangat sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah guru/staf yang ada. Di samping itu,
pengetahuan mereka terhadap pengembangan media/sumber belajar berbasis
TIK belum memadai. Hal ini dapat dilihat pada sedikitnya SMPN yang
memiliki media/sumber belajar berbasis TIK (animasi, dan CD
pembelajaran.
Kesiapan SMPN di Sulawesi Tenggara dalam penerapan pembelajaran
berbasis TIK ditandai dengan adanya laboratorium komputer, materi
pembelajaran berbasis TIK (animasi, CD pembelajaran), dan guru/staf
yang memiliki
Simposium Pendidikan 2008 31
kemampuan dalam pembelajaran TIK (pernah mengikuti kegiatan yang
berhubungan dengan TIK), sekolah memiliki jaringan telepon, internet,
LAN dan memiliki sumber daya listrik yang permanen..
Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa untuk Kota Kendari terdapat
11 SMPN yang memiliki Laboratorium Komputer dan hanya 6 SMPN yang belum
memiliki laboratorium Komputer. Sedangkan untuk Kabupaten Kolaka
terdapat 11 SMPN yang memiliki laboratorium Komputer dan terdapat 17
SMPN yang belum memiliki laboratorium Komputer. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar SMPN di Sulawesi Tenggara telah memiliki
Laboratorim Komputer/perangkat komputer, sehingga dapat dikatakan bahwa
SMPN di Sulawesi Tenggara telah siap dalam menerapkan pembelajaran yang
berbasis TIK. Hal ini didukung pula oleh Guru/staf yang memiliki
kemampuan dalam pembelajaran TIK (pernah mengikuti kegiatan yang
berhubungan dengan TIK) dengan memperoleh pelatihan selama tiga bulan,
dan juga SMPN yang memiliki materi pembelajaran yang berbasis TIK
(animasi, dan CD pembelajaran). Pada umumnya SMPN baik di Kota Kendari
maupun di Kabupaten Kolaka telah tersambungkan dengan jaringan telepon,
namun belum memiliki koneksi jaringan ke internet dan LAN. Pada umumnya
SMPN di Kota Kendari maupun di Kabupaten Kolaka telah memiliki sumber
daya listrik yang permanen dengan jalan berlangganan dengan PLN.
2. Deskripsi Data Persepsi terhadap TIK
Berdasarkan data penelitian untuk skor persepsi terhadap Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi guru SMP negeri se Kota Kendari dan
Kabupaten Kolaka dengan rentang teoretis 0 – 140 diperoleh skor empiris
59 –
140. Disitribusi ini memberikan skor rata-rata (x )
sebesar 107,47, simpangan
baku (SD) 11,44 dan median (Me) 107 serta modus (Mo) 104.
Dengan rentang skor teoretis 0 – 140, yaitu skor minimum sebesar 0 dan
skor maksimum sebesar 140, maka nilai tengah teoretis sebesar 70.
Dengan demikian, skor rata-rata data persepsi guru terhadap TIK sebesar
107,74 lebih besar dari skor rata-rata teoretis sebesar 70. Hal ini
memberikan gambaran bahwa data lebih terpusat pada angka yang lebih
besar. Dengan demikian diharapkan
Simposium Pendidikan 2008 32
bahwa guru SMP negeri se Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka memiliki
persepsi positif terhadap TIK.
Nilai rata-rata, median (me), modus (mo), dan simpangan baku (S) dari
data penelitian persepsi terhadap TIK yang dideskripsikan di atas dapat
ditampilkan dalam bentuk tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Rangkuman nilai rata-rata, median, modus dan simpangan baku
No. Data Rata-rata Me Mo S
1 Persepsi Guru 107,47 107 104 11,44
2 Persepsi Siswa 91,22 92 90 11,03
3. Presepsi terhadap TIK bagi Guru SMP
Persepsi terhadap TIK bagi guru SMPN se Kota Kendari dan Kabupaten
Kolaka dalam penelitian ini diperoleh dari angket yang terdiri dari 35
item. Setiap item ini memiliki 5 alternatif jawaban yaitu sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak ada pernyataan (TP), tidak setuju (TS) dan
sangat tidak setuju (STS). Angket ini terdiri dari 23 item dengan
pernyataan positif dan 12 item dengan pernyataan negatif.. Setiap
jawaban mendapat skor 4 (SS), 3 (S), 2 (TP), 1 (TS) dan 0 (STS) untuk
pernyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan negatif. Dengan
demikian, rentang skor teoretis untuk persepsi terhadap TIK guru adalah
0 – 140. Skor yang diperoleh memberikan ukuran kesetujuan atau
ketidaksetujuan guru terhadap TIK. Dengan demikian demikian kategori
persepsi guru terhadap
TIK dapat ditampilkan pada tabel 8 berikut ini;
Tabel 8. Kategori Persepsi terhadap TIK bagi Guru se Kota Kendari dan
Kabupaten Kolaka
No. Skor Kategori Frekuensi Prosentase
(%)
1 < 70 Persepsi negatif 1 0,22
2 70 Netral 0 0
3 > 70 Persepsi positif 464 99,78
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa ada 464 dari 465 responden (99,78%)
memiliki persepsi yang positif terhadap TIK, paling tidak guru telah
memilki ide dan konsep, memahami perlunya pembelajaran berbasis TIK.
Meskipun beberapa sekolah belum memiliki laboratorium komputer. Hal ini
memberikan indikasi
Simposium Pendidikan 2008 33
bahwa penerapan dan pemanfaatan TIK di SMP Negeri se Sulawesi Tenggara
memiliki peluang besar. Oleh karena guru telah memahami perlunya
pembelajaran berbasis TIK ini.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Berdasarkan data penelitian untuk keberadaan laboratorium komputer
menunjukkan bahwa 11 SMPN atau 64,71% dari 17 SMPN se Kota Kendari yang
telah memiliki laboratorium Komputer dan 11 SMPN atau 39,29% dari
28 SMPN se Kabupaten Kolaka yang memiliki laboratorium.
b. Berdasarkan data penelitian untuk skor persepsi terhadap TIK bagi
guru
SMP negeri Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka dengan rentang teorertis 0
– 140 diperoleh skor empiris 59 – 140. Disitribusi ini memberikan skor
rata- rata 107,47, simpangan baku 11,44 dan median (Me) 107 serta modus
(Mo)
104.
c. Rentang teoretis 0 – 140 untuk skor persepsi terhadap TIK bagi guru
SMP Negeri se Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka dengan nilai tengah
teoretis
70, maka guru dengan persepsi positif sebesar 99,78% dari 464
responden.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarakan agar
a. Membangun dan melengkapi laboratorium komputer bagi SMP negeri yang
belum memiliki laboratorium komputer.
b. Memberikan dukungan terhadap guru-guru agar lebih mengembangkan diri
dalam pemanfaatan TIK dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah,
misalnya membuat bahan ajar berbasis TIK
Simposium Pendidikan 2008 34
KEPUSTAKAAN
Anas, M., dkk, 2006, Pemberdayaan Guru-Guru Fisika SMA Se Kota Kendari
melalui Pengajaran Fisika Berbasis Teknologi Informasi, Laporan
Pengabdian, Kendari : FK8PT Unhalu
Baron, R. A. dan Donn Byme, 1964, Social Psychology, 7th., Boston:
Allyn and
Bacon
Dakir, 1993, Dasar-dasar Psikologi, Yogyakarta : Pustaka belajar
David, Berlo K. 1960. The Process of Communication, An introduction in
Theory and Practice (New York, Chicago: by Halt, Rinehard and Winston,
Inc.
Fleming, M. dan H. Levie, 1981, Instructional Message design;
Principles for the behavior sciences, Englewood Cliffs, New York :
Educational Technology. Publ.
Hardjito, 2004, Aplikasi Computer Assisted dan Learning pada Bidang
Pendidikan, Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 6
Iskandar, A., 2005, Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP Kelas
IX, Cet. I, Bandung : Regina
Iskandar, A., 2004, Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP Kelas
VII, Cet. I, Bandung : Regina
Iskandar, A., 2004, Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP Kelas
VIII, Cet. I, Bandung : Regina
Lie, T.L., 1996, Pengantar Filsafat Teknologi, Yagyakarta: Penerbit
ANDI, Mann, L., 1969, Social Psychology, Sidney: John Wiley & Sons
Mar’at, 1984, Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, Jakarta:
Ghalia Indonesia
Poerwadarminta, WJS., 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai
Pustaka.
Prasetyo, Irawan. 1997. Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan
Mengajar, Jakarta: Dirjen Dkti Depdikbud, 1997.
Sadli, S., 1977, Persepsi Sosial mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta
: Bulan Bintang
Sardiman, 1992, Interaksi dan Motivsi Belajar Mengajar, Jakarta :
Rajawali
Press
Sarwono, S. W., 1992, Psikologi Lingkungan, Jakarta: Grasindo
Seels, B. B. & Rita C. Richey, 1994, Instructional Technology : The
Definision and Domains of the Field. Washington : AECT
Simposium Pendidikan 2008 35
Sudjana, N., Achmada Rivai, 2001, Teknologi Pengajaran, Bandung,
Penerbit
Sinar Baru Algensindo
Sumardjoko, B., 1995, Persepsi, Sikap pada Pengajaran Sejarah dan
Pemahaman Nilai-nilai Kepahlawanan, Tesis : IKIP Jakarta.
Suparman Atwi, 2001. Kawasan Teknologi Pendidikan, Jakarta: Program
Pascasarjana UNJ.
Suriasumantri, J. S., 1999, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer ,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
http://www.edukasi.net http://www.jis.or.id http://www.oke.or.id
http://www.wahanakom.com
Simposium Pendidikan 2008 36